 |
| G.Sumbing-Spirit Wolu Loro |
Setahun
kemudian dari pendakian Gunung Lawu, Team Ekspedisi Wolu Loro menyelenggarakan
lagi pendakian G. Sumbing tepat pada tanggal 1 syura 1985 (malam 1 Syura).
Start Pendakian
Desa
Garung (1543 mDPL) merupakan desa terakhir menuju puncak Gunung Sumbing, dapat dengan
mudah kita capai karena letaknya yang dilalui jalur bus Magelang-Wonosobo.
Dengan bus, kita bisa turun di Gapura Desa Garung (Pasar Reco).
Desa
Garung inilah lokasi rekan-rekan Wolu Loro start dan memulai pendakian menuju
puncak Gunung Sumbing. Pada awal perjalanan pendakian disini kita melewati
jalan setapak yang tersusun dan terbentuk bagaikan tangga tanah yang
teratur dengan kanan kiri hutan pinus
dan tumbuh rerumputan. Kira-kira perjalanan memerlukan waktu setengah jam pada kondisi jalan seperti itu.
Selepas
dari jalan tanah bertangga dan berlumut, mulailah ditemui jalan
setapak yang tidak jauh berbeda ketika mendaki G. Lawu. Team Ekspedisi G.
Sumbing Wolu Loro mulai merasakan
dinginnya udara gunung, namun tetap ada
kebersamaan dan semua masih
semangat dalam pendakiannya menuju puncak Sumbing.
Ketika di Padang Rerumputan
“Berlaga Tiarap Ala Tentara”
Dalam even pendakian Gunung Sumbing ini, yang paling berkesan adalah adanya rekan
Wolu Loro yang seolah-olah berlaga
seperti pejuang jaman doeloe ketika dijajah belanda. Berlaga bagaikan tentara
dengan posisi tiarap di atas rumput-rumput
pegunungan (Padang Rerumputan , lokasi ini yang dikenal dengan Pestan “Pasar
Setan”) dengan memegang tongkat yang dibayangkan seolah memegang senapan (bedhil). Ketika itu dengan merayap ..
merangkak .. dan seolah-olah dengan
tongkat di tangannya ... rekan kita yang satu ini
.. sambil berkata : “wah jaman perang apa tiarap kaya ngene ki yo ?” ...
he..he..he ... iya yae kang, jawab aku yang kebetulan didekatnya. Memang
rekan kita yang kesukaannya mendengarkan .. menonton .. dan mengkoleksi wayang kulit .. bercita-cita ingin jadi tentara .... (setelah lulus dari golek ilmu ana ing T. Geodesi, .. dadi
kelaksanan apa sing
dikarepake .... he..he..he ... mimpi yang menjadikan kenyataan). Hallo rekan .... itu yang saya ingat ketika
di padang rerumputan ... selamat ya ... salam.
Ketika Penurunan
Lain
lagi cerita ketika team Wolu Loro melakukan penurunan dari puncak Sumbing. Pada saat penurunan dari puncak
gunung menuju desa terakhir (yaitu desa yang digunakan untuk start pendakian), jalur yang dilalui
merupakan jalur setapak yang sama dan digunakan
ketika rekan-rekan mendaki. Di
Gunung Sumbing ini rekan-rekan “tidak berani memotong kompas” berbeda pada saat penurunan, sebagaimana
ketika dilakukan di Gunung Lawu dengan beraninya “memotong kompas”.
Namun
ada kesamaan ketika kita melakukan penurunan yaitu “tidak bersama-sama berbarengan,
cerai berai”... ada yang masih
kuat melakukan penurunan, dan ada yang
sudah loyo .. sehingga ada yang cepat jalannya.. ada pula yang pelan-pelan
melangkah ... ada yang sabar menemani yang loyo ... ada pula yang ingin segera
sampai di desa terakhir. (Disinilah kita
semua sebagai pendaki di uji rasa kebersamaan... egoismenya ... ternyata sulit dan tidak bisa bersama
(berbarengan) pada saat penurunan ...he..he..he.
Tidak seperti ketika kita melakukan pendakian di mana kita semua rekan-rekan Wolu Loro masih
ada rasa kebersamaannya.. saling bantu-membantu, saling tunggu-menunggu).
Sega Rames sebuah kenangan.
Sebagaimana
yang diceritakan di atas bahwa Team Ekspedisi Wolu Loro tidak berbarengan pada
saat penurunan, seingat saya ada 3 rekan yang udah sampai terlebih dahulu di
desa terakhir. Dengan rasa pegel linu dan njarem yang dirasakan pada otot dan tulang-tulang, kami bertiga merebahkan badan di atas rerumputan di
sekitar lokasi (base Camp) tersebut... sambil menunggu rekan-rekan yang masih melakukan penurunan.
Ketika salah satu
rekan kita menyusul dan memberikan info
bahwa: “ada 2 rekan yang merasakan pusing
dan mual yang memerlukan bantuan”
.... salah satunya meminta dibelikan makan “Sega Rames”.
Keanehan “He..he..he
.. neng nggunung kok njalok sega rames”. Sakjane sing
ana kan tak cadongi sega jagung... lagu Caping Gunung-Waljinah. Tetapi
memang itu benar-benar terjadi pada rekan Wolu Loro ketika penurunan. Mungkin
sudah benar-benar pusing, kehabisan tenaga dan terhalusinasi.
Cek-cok dan udur-uduran
Saat
kita bertiga beristirahat dan mendengar info itu oleh 1(satu)
rekan pembawa berita, mulailah udur-uduran,
ribut lah sesama rekan .... kamu yang menyusul ... kamu yang
naik lagi untuk membantu....lho..lho... enak aja kita kan sama2 capaiknya ... neng situ bertiga
kan udah istirahat .... aku kan
lagi nyampai membawa berita ini, .. ya ora ngono... ya wis yen ngono
bareng-bareng munggah maneh... wegah aku
jawab yang lain. Akhirnya berdua naik
lagi menyusul dan akan membantu namun
dengan tangan kosong “Tidak
membawa Sega Rames” arep tuku
neng endi...ta kang-kang.
Dengan
rasa badan capai dan hati jengkel kita berdua naik lagi dengan maksud memberi pertolongan kepada rekan yang
lemah di lokasi penurunan. Dengan jalan
yang sudah tidak sempurna lagi kami berdua mencari rekan pada tiap percabangan
jalan. Namun sampai tempat / lokasi terakhir ketika masih bersama-sama saat
penurunan, tidak juga ditemukannya rekan
yang sakit tersebut. Kemudian kami berdua memutuskan untuk turun lagi sambil
kepala nengok kanan kiri jalan setapak ... siapa tau mereka tergeletak di pinggir rerumputan. Namun
tetap aja tidak ada tanda-tanda untuk bisa ditemukan.
Ketika
kami berdua memasuki base camp / lokasi dimana rekan-rekan Wolu Loro sudah
berkumpul, dan kami informasikan bahwa pencarian terhadap rekan tidak
ditemukan,... sebagian rekan-rekan menjawab .. “lha iki sing
mbok goleki....” , dengan spontan kami .. mengucap
“Bajinguk ii” ... yang tadinya sudah reda rasa
kemarahanku.. tambah jengkel lagi
aku... dalam hati saya mengira ini mesti digara-gara dan di akali aku..dyamput...he..he..he ..
Tapa Mbisu Kalee
Team
Ekspedisi G. Sumbing Wolu Loro dengan kendaraan angkot menuju terminal
temanggung, kemudian ganti naik bus
menuju yogyakarta. Disepanjang jalan aku masih merasakan jengkel tidak berucap
sama sekali.. alias diam saja (tapa mbisu kalee).
Oooo
walah-walah gara-gara salah
satu rekan team pusing lan loyo njaluk mangan
“Sega Rames” ketika penurunan
G. Sumbing, dadi ribut .....
Tinggal kenangan-kenangan ketika itu ... ooooh The "Outsider '82" .. kang-kang oooh akang "neng nggunung iku
ya kang, “anane sega jagung” yen ora
percaya takokna Nyi. Waljinah.... lagu Caping Gunung.
He..he..he..kwekkk..kwekkk.
Ha..ha..ha..
dadi lan kangene aku marang kanca-kancaku wolu loro... Salam Spirit Wolu Loro.
Lihat album G. Sumbing di bawah ini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar